Rabu, 30 Juli 2014

KICK ANDY, BELAJAR DARI MASA LALU





Pada hari Rabu, tanggal 23 Juli 2014, saya diajak mba Ani Berta ikut acara Kick Andy di Metro TV, sebuah reality show yang selalu menarik untuk dilihat karena banyak menginspirasi penontonnya. Makanya ketika diajak mba Ani untuk menonton, tanpa ragu langsung saya jawab : Mau !  Bersama saya ada Alfan Renata, Dimas dan Edrida. Thema acara kali ini adalah ‘Belajar Dari Masa Lalu’, mengangkat kisah keberhasilan orang-orang pada usaha yang digelutinya sekarang yang hampir tidak ada hubungannya dengan pendidikan yang ditempuh.


Sewaktu kecil, kita biasanya ditanya, “Mau jadi apa kalo besar nanti ?”. Jawabannya seru dan beragam, hari ini mau jadi presiden, sejam kemudian jadi tentara, besoknya jadi pramugari… Macem-macem, dan orang tua kita dengan sabar terus bertanya dan bertanya lagi. Sudah begitu, kitanya tetap menjawab juga dengan jawaban yang berbeda tiap kalinya. Hahahaha….


Andy F. Noya membawakan thema ini dengan gaya kocaknya,  tapi  pertanyaannya  dalem ke  para  narasumber.  Pertanyaan   yang  mampu   membawa  penonton   membayangkan kesulitan   dan tantangan  mereka  sejak  masa  sekolah hingga sukses saat ini. Andy dapat menggiring  penonton  menguras  air mata, mendesah  kagum  dan bertepuk tangan penuh semangat.

Walaupun para narasumber berhasil meraih gelar sarjana, namun dalam perjalanannya minat dan bakatlah yang mengantar mereka pada usaha yang lebih berhasil dan mengokohkan kepercayaan diri mereka. Faktor kepepet juga salah satu kunci mereka memulai usaha, kepepet karena kebutuhan keluarga yang menjepit, kepepet karena gengsi mereka tergelitik, karir mereka mentok biasanya. Atau kepepet karena modal dan fasilitas yang tersedia memaksa mereka memilih usaha yang sama sekali berbeda dengan ilmu yang dipelajari padahal mereka lulus dengan nilai yang oke banget.   


Pak Asstro, singkatan dari Asep Stroberi, adalah seorang guru Seni Rupa yang nyasar jadi pengusaha kuliner. Ia berbakat di bidang seni, memilih jadi guru karena permintaan orang tua. Namun dalam perjalanannya, ia malah sibuk mengurus lahan stroberi dan berhasil membuat rumah makan yang bahan dasar sebagian masakannya dari buah stroberi. Kebetulan stroberi memang sedang populer di masyarakat, sehingga memudahkan pak Asep untuk berdagang. Nasi liwet jaman sekolah menjadi andalan utamanya. Laris manis tanjung kimpul, dagangan habis duitnya kumpul. Tangannya yang dingin dalam berkebun membuat kebun stroberinya banyak dikunjungi konsumen. Strategi marketing dan survey pasar yang tepat menjadikan mesin cash register rumah makannya terus bergesek. Sekarang ia memiliki 7 rumah makan stroberi di wilayah Jawa Barat. Sukses ya, pak… Kami, para penonton, mendapat beraneka dodol dari stroberi, juga rupa-rupa merchandise stroberi bagi pemenang door prize. Dodol stroberinya enak, dan jadi penasaran dengan nasi liwetnya yang terkenal itu… Layak dicoba nih…


Narasumber berikutnya adalah Didit Maulana, seorang arsitek yang ujungnya jadi fashion designer untuk tenun ikatnya. Ia melabeli produknya dengan nama ‘Ikat’. Kepepet karena pekerjaannya sebagai arsitek kurang menantang baginya, ia banting stir menjadi fashion designer yang memang sudah digelutinya sejak jaman kuliah. Dengan uang hasil berdagang dan mendesain baju dan kaos, ia bisa membiayai kuliahnya sendiri hingga lulus. Kenapa memilih tenun ikat ? Sebuah pilihan yang jitu, karena pasar telah dipenuhi oleh batik, bila ia mengolah bahan yang sama maka potongan kue yang ia dapat hanya sedikit. Walaupun tenun ikat sudah dikenal sejak jaman rekiplik, tetapi belum ada yang mengangkat tekstil tradisional ini menjadi trend setter di pasar fashion Indonesia ataupun manca negara. Peluang inilah yang dilihat oleh Didit. Ejekan dan cibiran ngga usah ditanya, arsitek kok mendesain baju…, begitu banyak orang mengomentari. Namun Didit jalan terus, dia merasa nyaman di bidang ini, dan yakin bakal sukses. Ketekunan dan kerja keras menggiringnya pada tujuan yang hendak diraihnya. Kini tenun ikat tidak lagi terbatas dikenakan pada pesta adat saja, dengan sasaran orang tua. Ia merancang tenun ikatnya agar cocok dikenakan di berbagai acara untuk segala usia. Desain yang lebih kasual menarik minat orang muda yang memang menjadi sasarannya, sehingga penjualannya terus meningkat. Panggilan untuk ikut meramaikan fashion kelas dunia mulai berdatangan. Ditunjang dengan kejeliannya melihat peluang pasar, menempatkan ‘Ikat’ cepat tertanam di benak konsumen dalam dan luar negeri. Harga yang selangit tidak menurunkan minat masyarakat untuk mengkoleksinya. Di akhir wawancara, Andy mendapatkan selembar selendang tenun ikat yang istimewa dari Didit yang langsung mengalungkannya di leher Andy.


Nara sumber selanjutnya adalah seorang pengusaha dekorasi yang latar belakang pendidikannya adalah sarjana teknik elektro Canada, Feliyanto. Jauh yaa, nyeberangnya… Ini juga faktor kepepet. Harus cari duit dan kerja karena ngga enak hati pada orangtua, membuatnya segera memulai  usaha. Namun itu tidak berjalan lama, karena rupanya ia ditawari untuk mengambil alih butik temannya yang menjual tas, syal, baju atau sepatu bermerk. Usahanya berjalan lancar karena kepiawaiannya mendesain ulang barang dagangannya. Tak disangka nasib mengenalkannya dengan bidang dekorasi yang meluas menjadi wedding planner yang tak terbayangkan sebelumnya. Berrmodalkan insting dagang dibarengi dengan kemampuan mendekorasi ruangan yang gape, membuatnya dipercaya kalangan atas untuk menjadi organizer pada berbagai perhelatan. Dari acara dinner di rumahan hingga mendekor Istana Negara dilakukannya, Jiwa seni yang tinggi dan kreativitas membuahkan hasil karya yang ciamik. Ini diperlihatkan olehnya ketika mengatur meja makan untuk 2 orang yang elegant sekaligus romantis di atas panggung. Permainan cahaya dan pernak-pernik di atas meja memberikan aura istimewa bagi pasangan yang duduk di sana. Tidak perlu mahal, dengan sedikit sentuhan meja makan yang semula polos berubah menjadi sebuah jamuan istimewa nan memukau. Penonton Kick Andy berdecak kagum melihat hasilnya. Terakhir, ia membagikan bunga mawar yang indah sebagai door prize untuk para penonton.


Jadi walaupun latar belakang pendidikan kita amat berbeda dengan minat dan bakat, jangan urungkan langkah untuk berusaha, biasanya mengerjakan sesuatu sesuai dengan kata hati akan membuahkan hasil gemilang. Hati pun nyaman dan senang dengan pekerjaan yang ditekuni. Pendapatan yang diperoleh pun menjadi maksimal.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...