Pada hari Rabu, tanggal 23 Juli
2014, saya diajak mba Ani Berta ikut
acara Kick Andy di Metro TV, sebuah reality show yang selalu menarik untuk dilihat karena banyak menginspirasi penontonnya. Makanya ketika diajak mba Ani untuk menonton, tanpa ragu langsung saya jawab : Mau ! Bersama saya ada Alfan Renata, Dimas dan
Edrida. Thema acara kali ini adalah ‘Belajar
Dari Masa Lalu’, mengangkat kisah keberhasilan orang-orang pada usaha yang
digelutinya sekarang yang hampir tidak ada hubungannya dengan pendidikan
yang ditempuh.
Sewaktu kecil, kita biasanya
ditanya, “Mau jadi apa kalo besar nanti ?”. Jawabannya seru dan beragam, hari
ini mau jadi presiden, sejam kemudian jadi tentara, besoknya jadi pramugari…
Macem-macem, dan orang tua kita dengan sabar terus bertanya dan bertanya lagi.
Sudah begitu, kitanya tetap menjawab juga dengan jawaban yang berbeda tiap kalinya.
Hahahaha….
Walaupun para narasumber berhasil meraih gelar sarjana, namun dalam perjalanannya minat dan bakatlah yang mengantar mereka pada usaha yang lebih berhasil dan mengokohkan kepercayaan diri mereka.
Faktor kepepet juga salah satu kunci mereka memulai usaha, kepepet karena kebutuhan
keluarga yang menjepit, kepepet karena gengsi mereka tergelitik, karir mereka
mentok biasanya. Atau kepepet karena modal dan fasilitas yang tersedia memaksa
mereka memilih usaha yang sama sekali berbeda dengan ilmu yang dipelajari padahal mereka lulus dengan nilai yang oke
banget.
Pak Asstro, singkatan dari Asep
Stroberi, adalah seorang guru Seni
Rupa yang nyasar jadi pengusaha kuliner. Ia berbakat di bidang seni,
memilih jadi guru karena permintaan orang tua. Namun dalam perjalanannya, ia malah
sibuk mengurus lahan stroberi dan berhasil membuat rumah makan yang bahan
dasar sebagian masakannya dari buah stroberi.
Kebetulan stroberi memang sedang populer di masyarakat, sehingga memudahkan pak
Asep untuk berdagang. Nasi liwet jaman sekolah menjadi andalan utamanya.
Laris manis tanjung kimpul, dagangan habis duitnya kumpul. Tangannya yang
dingin dalam berkebun membuat kebun stroberinya banyak dikunjungi konsumen.
Strategi marketing dan survey pasar yang tepat menjadikan mesin cash register
rumah makannya terus bergesek. Sekarang ia memiliki 7 rumah makan stroberi di
wilayah Jawa Barat. Sukses ya, pak… Kami, para penonton, mendapat beraneka
dodol dari stroberi, juga rupa-rupa merchandise stroberi bagi pemenang door
prize. Dodol stroberinya enak, dan jadi penasaran dengan nasi liwetnya yang
terkenal itu… Layak dicoba nih…
Narasumber berikutnya adalah Didit Maulana, seorang arsitek yang ujungnya jadi fashion designer untuk tenun ikatnya. Ia melabeli produknya
dengan nama ‘Ikat’. Kepepet karena
pekerjaannya sebagai arsitek kurang menantang baginya, ia banting stir menjadi
fashion designer yang memang sudah digelutinya sejak jaman kuliah. Dengan uang
hasil berdagang dan mendesain baju dan kaos, ia bisa membiayai kuliahnya sendiri hingga
lulus. Kenapa memilih tenun ikat ? Sebuah pilihan yang jitu, karena pasar telah
dipenuhi oleh batik, bila ia mengolah bahan yang sama maka potongan kue yang
ia dapat hanya sedikit. Walaupun tenun ikat sudah dikenal sejak jaman rekiplik, tetapi belum ada yang
mengangkat tekstil tradisional ini menjadi trend setter di pasar fashion
Indonesia ataupun manca negara. Peluang inilah yang dilihat oleh Didit. Ejekan
dan cibiran ngga usah ditanya, arsitek kok mendesain baju…, begitu banyak orang
mengomentari. Namun Didit jalan terus, dia merasa nyaman di bidang ini, dan
yakin bakal sukses. Ketekunan dan kerja keras menggiringnya pada tujuan yang
hendak diraihnya. Kini tenun ikat tidak lagi terbatas dikenakan pada pesta adat
saja, dengan sasaran orang tua. Ia merancang tenun ikatnya agar cocok dikenakan
di berbagai acara untuk segala usia. Desain yang lebih kasual menarik minat
orang muda yang memang menjadi sasarannya, sehingga penjualannya terus meningkat. Panggilan untuk ikut
meramaikan fashion kelas dunia mulai berdatangan. Ditunjang dengan kejeliannya
melihat peluang pasar, menempatkan ‘Ikat’
cepat tertanam di benak konsumen dalam dan luar negeri. Harga yang selangit tidak menurunkan minat masyarakat untuk
mengkoleksinya. Di akhir wawancara, Andy mendapatkan selembar selendang tenun ikat yang istimewa dari Didit yang langsung mengalungkannya di leher Andy.
Nara sumber selanjutnya adalah seorang pengusaha dekorasi yang latar belakang
pendidikannya adalah sarjana teknik
elektro Canada, Feliyanto. Jauh yaa, nyeberangnya… Ini juga faktor kepepet. Harus
cari duit dan kerja karena ngga enak hati pada orangtua, membuatnya segera memulai
usaha. Namun itu tidak berjalan lama,
karena rupanya ia ditawari untuk mengambil alih butik temannya yang menjual tas, syal, baju atau sepatu bermerk. Usahanya berjalan lancar karena kepiawaiannya mendesain ulang barang dagangannya. Tak disangka nasib mengenalkannya dengan bidang dekorasi yang meluas menjadi wedding planner yang tak terbayangkan sebelumnya. Berrmodalkan insting dagang dibarengi dengan kemampuan mendekorasi
ruangan yang gape, membuatnya dipercaya kalangan atas untuk menjadi organizer
pada berbagai perhelatan. Dari acara dinner di rumahan hingga mendekor Istana Negara dilakukannya, Jiwa seni yang tinggi dan kreativitas membuahkan
hasil karya yang ciamik. Ini diperlihatkan olehnya ketika mengatur meja makan
untuk 2 orang yang elegant sekaligus romantis di atas panggung. Permainan cahaya dan pernak-pernik di atas meja memberikan aura istimewa bagi pasangan yang duduk di sana. Tidak perlu mahal, dengan sedikit sentuhan meja makan yang semula polos berubah menjadi sebuah jamuan istimewa nan memukau. Penonton Kick Andy berdecak kagum melihat hasilnya. Terakhir, ia membagikan bunga mawar yang indah
sebagai door prize untuk para penonton.
Jadi walaupun latar belakang
pendidikan kita amat berbeda dengan minat dan bakat, jangan urungkan langkah
untuk berusaha, biasanya mengerjakan sesuatu sesuai dengan kata hati akan membuahkan
hasil gemilang. Hati pun nyaman dan
senang dengan pekerjaan yang ditekuni. Pendapatan yang diperoleh pun menjadi maksimal.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar